13 Januari 2016

Makalah Administrasi Perencanaan Pembangunan



MAKALAH
PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN

Tugas Mata Kuliah
Administrasi Perencanaan Pembangunan
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara









Oleh :
Nugraha Putra Mandiri
13010031



SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP) 
PROGRAM STUDI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
TAHUN 2016


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Peran pemerintah dalam pembangunan telah menjadi objek pembahasan yang menarik sejak lama. Aliran Klasik, yang menganut kebebasan pasar menganggap campur tangan pemerintah sebagai sesuatu yang menghambat dan mengganggu bekerjanya kekuatan-kekuatan objektif dari pasar yang disebut sebagai mekanisme pasar. Penerusnya para penganut aliran neoklasik bahkan menuduh bahwa campur tangan pemerintah dapat menghambat kebebasan individu (individual freedom) yang merupakan fondasi dari sistem demokrasi. Campur tangan pemerintah dalam arti berfungsinya birokrasi melahirkan regulasi, proteksi dan subsidi import yang merugikan para konsumen. Tiga hal yang terakhir ini dianggap kelompok neoklasik sebagai perilaku tidak baik yang harus dihindarkan.
Berbeda dengan kaum klasik dan neoklasik itu adalah pandangan yang melihat peran pemerintah sebagai suatu keniscayaan. Tanpa campur tangan pemerintah, akan terjadi persaingan bebas yang merugikan kelompok ekonomi lemah. Akibatnya, yang terjadi bukan kebebasan pasar tetapi restriksi pasar dalam bentuk monopoli yang dikuasai golongan ekonomi kuat. J. M. Keynes yang dipandang sebagai salah seorang tokoh terkemuka ekonomi pada bagian awal abad ke 20 justru menganggap kebebasan pasar, tanpa ada campur tangan pemerintah, tidak akan mampu melakukan alokasi sumberdaya dan outputs secara optimal (full employment of outputs).
Karena itu Keynes memandang perlu adanya peran pemerintah, antara lain dalam bentuk kebijakan anggaran untuk mengatasi pengangguran yang sekaligus juga meningkatkan daya beli dan mendorong adanya kegiatan bisnis. Sejalan Keynes, Pigou juga melihat bahwa kebebasan pasar yang berdasarkan pada maximum keuntungan individu tidak mampu menciptakan alokasi sumberdaya yang optimal bagi kepentingan umum.
B.       Rumusan Masalah
Dari hasil pembahasan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.        Bagaimana kemunculan peran pemerintah dalam pembangunan di tinjau dari segi historis ?
2.        Bagaimana kritik masyarakat terhadap adanya campur tangan pemerintah terhadap pembangunan ?

C.      Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.        Untuk mengetahui bagaimana kemunculan peran pemerintah dalam pembangunan di tinjau dari segi historis.
2.        Untuk mengetahui bagaimana kritik masyarakat terhadap adanya campur tangan pemerintah terhadap pembangunan.



 BAB II
PEMBAHASAN

A.      Munculnya Peran Pemerintah Dilihat Dari Tinjauan Historis
Selama Perang Dunia II, pemerintah tiap negara terlibat langsung untuk mengambil peranan penting dalam pengendalian seluruh kekuatan nasional. Pemerintahlah yang mengendalikan perang dan pemerintahlah yang bertanggungjawab atas segala kegiatan sosial dan ekonomi. Peran ini berlanjut sampai setelah Perang Dunia II usai.
Mudah dimengerti, karena perang telah merusakkan berbagai sarana dan sendi-sendi kehidupan, rakyat menjadi tidak berkemampuan lagi, ada kewajiban bagi pemerintah untuk melakukan rehabilitasi. Tak seorangpun lebih bertanggung jawab untuk melakukan rehabilitasi itu selain pemerintah. Rehabilitasi ini membutuhkan banyak tenaga dan biaya. Akibatnya, banyak negara yang mengalami kehancuran besar tidak mampu membangun dirinya sendiri.
Untuk membantu mereka, dunia internasional, terutama negara-negara kaya pemenang perang pada waktu itu sepakat untuk melakukan bermacam-macam program rehabilitasi, antara lain melalui Marshall Plan yang diseponsori oleh Amerika Serikat. Pengelolaan bantuan tersebut melibatkan pemerintah masing-masing negara yang dibantu. Diantara negara-negara yang amat parah akibat Perang Dunia II adalah negara-negara yang kalah seperti Jepang dan Jerman, serta negara dan wilayah lain yang diduduki selama peperangan berlangsung seperti Indonesia, Korea dan lain-lain.
Beriringan sesudah selesainya Perang Dunia II, negara-negara jajahan memperoleh kesempatan untuk merdeka. Mula-mula Indonesia pada tahun 1945, berikut sesudah itu India dan negara-negara baru lain. Meskipun negara-negara jajahan itu sama memperoleh kemerdekaan, namun tidak semua negara mencapai kemerdekaannya itu melalui jalan yang sama. Ada negara yang dipersiapkan untuk kemudian diberikan kemerdekaan oleh para penjajah, ada negara yang mencapai kemerdekannya melalui perjuangan bersenjata dan diplomasi yang ulet. Negara-negara yang mendapatkan kemerdekaan melalui perjuangan bersenjata itu antara lain adalah Indonesia, Aljazair dan Vietnam. Bagi negara-negara ini, perjuangan lebih lanjut untuk menyembuhkan akibat dari Perang Dunia II dan perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan itu memerlukan waktu yang cukup panjang dan berat. Perjuangan itu, semua harus dilakukan oleh pemerintah, tidak mungkin dilakukan swasta melalui pasar bebas.
Di negara-negara berkembang yang mendapat kemerdekaan sesudah Perang Dunia II pada umumnya, peran pemerintah menjadi sangat penting karena beberapa hal:
1.        Untuk meyakinkan rakyat akan keperluan pembangunan dan membantu serta mengajak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan itu. Tidak semua negara dengan mudah dapat melakukannya. Bagi negara-negara yang  masyarakatnya pluralistis seperti Indonesia, pembangunan menghadapi banyak kesulitan. Corak wilayah, keadaan penduduk dan tingkat pembangunan yang berbeda antar daerah menuntut adanya pendekatan dan strategi yang tidak sama. Kelemahan pendekatan sejak awal ini telah menimbulkan banyak masalah yang berlarut-larut selama masa yang panjang.
Pada beberapa negara masalah pembangunan antar daerah ini begitu mendalam dan berlarut sehingga ada daerah yang melakukan pemisahan diri dan menyatakan kemerdekaannya sendiri, seperti Bangladesh dari Pakistan, Eretria dari Ethiopia dan Kosovo dari Serbia. Proses pemisahan yang demikian biasanya dipercepat oleh cara penanganan dengan kekerasan senjata sehingga meruntuhkan rasa persatuan dan menimbulkan rasa dendam yang sulit dijembatani. Tambahan lagi jika dalam keadaan demikian terkait kepentingan negara lain yang ikut membidaninya.
2.        Proses pengambilalihan hak milik dan kegiatan (nasionalisasi) dari berbagai lembaga ekonomi yang ditinggalkan penjajah. Bagi negara-negara yang merdeka melalui perjuangan bersenjata, pengambilalihan ini umumnya dilakukan secara darurat. Sebagian dari bisnis yang ditinggalkan itu, biasanya ditangani oleh kalangan militer yang pada umumnya tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam bisnis. Lebih-lebih karena cara pengambilalihan itu dilakukan secara sepihak dan mendadak, tidak ada informasi tentang kegiatan bisnis yang berlangsung sebelumnya.
3.        Keperluan untuk melakukan koordinasi dan komplementaritas antar berbagai industri dan bisnis. Sebagian diantara bisnis yang ditinggalkan tadi bergerak di bidang pertambangan, sebagian yang lain dalam bidang pertanian dan perkebunan, yang lain lagi di bidang perdagangan. Masing-masing industri ini tunduk di bawah Departemen Teknis yang terkait, tanpa ada koordinasi satu sama lain.
Di Indonesia, kegiatan-kegiatan tersebut umumnya berorintasi pada ekspor bahan mentah ke negara-negara maju. Orintasi ini susah dilepaskan sampai sekarang. Lebih-lebih setelah methos anti substitusi import dan pentingnya comperative advantages dikampanyekan oleh negara-negara industri maju.
Sebagai akibat dari kelemahan ”koordinasi” dari Departemen Teknis yang terkait, koordinasi ini lebih cenderung dirasakan sebagai ”pemerasan” ketimbang sebagai pembinaan, maka pemerintah pada akhirnya membentuk sebuah Kementerian BUMN sebagai koordinator termasuk koordinasi bidang keuangan yang dahulu dilakukan oleh Departemen Keuangan.
4.        Adanya kecenderungan untuk melakukan pembangunan berencana secara terpusat seperti yang dilakukan Uni Sovyet. Munculnya Sovyet Rusia dalam Perang Dunia II yang mampu berperan sejajar dengan negara-negara yang telah lebih lama memulai pembangunannya, seperti Amerika dan negara-negara industri maju lainnya di Eropah, dari keadaan semula sebagai negara pertanian, mendorong negara-negara yang baru merdeka untuk mencontoh sistem perencanaan terpusat seperti yang dilakukan Sovyet Rusia itu. Yakni perencanaan yang tersentralisir dimana peran pemerintah pusat menjadi sangat menentukan.
Melalui sistem perencanaan terpusat itu, negara-negara baru berkembang membangun infra-struktur, pendidikan dan institusi yang dibutuhkan. Perencanaan menjadi penting karena pembangunan itu dibiayai dengan dana yang terbatas yang diperoleh sebagian besar melalui pinjaman dari negara-negara maju dan lembaga-lembaga internasional. Dengan sistem perencanaan terpusat diharapkan penggunaan dana tersebut menjadi lebih efisien dan terarah sesuai dengan prioritas yang ditetapkan. Melalui perencanaan juga memungkinkan untuk melakukan sinkronisasi yang komplementer diantara berbagai program pembangunan dari berbagai sektor dan daerah.

B.       Kritik Masyarakat Terhadap Campur Tangan Pemerintah dalam Pembangunan
Sejak tahun 1960-an peran pemerintah dalam pembangunan mulai mendapat kritik. Kritik itu terutama datang dari kalangan penganut neoliberalisme, yang antara lain diseponsori oleh IMF. Serangan terhadap campur tangan pemerintah terjadi mula-mula dimulai dengan kritik terhadap teori Keynes, meskipun dia dikenal mampu mengatasi depresi besar di dunia yang terjadi pada periode pertengahan bagian pertama abad ke-20, yang sekaligus dianggap melandasi Era Keemasan (Golden Age) dinegara-negara maju. Era itu adalah era gemilang selama 25 tahun sesudah Perang Dunia II, dimana hampir semua negara mengalami kemajuan, terutama dinegara-negara maju. Setelah masa gemilang selama 25 tahun, Amerika Serikat dan Eropah mengalami penurunan kecepatan pertumbuhan ekonominya.
Karena itu timbul anggapan bahwa campur tangan pemerintah dapat menghambat kebebasan individu untuk berinisiatif. Kritik itu merambat juga terhadap Teori Keynes yang melandasi intervensi pemerintah yang dianggap mempunyai kelemahan dalam proses pengambilan kebijakan, dimana kompromi politik lebih menjadi landasan (Ha-Joon Chang, 2003). Kritik terhadap campurtangan pemerintah juga berhubungan dengan pelecehan terhadap birokrasi yang dipandang tidak efisien, pemborosan sumberdaya dan paternalistik.
Sejak saat itu muncul aliran neoliberalisme yang secara terang-terangan melalui
Washington Consensus mendorong negara-negara sedang berkembang untuk mengikuti Konsensus tersebut yang antara lain berisi:
1.        liberalisasi perdagangan melalui upaya penghapusan restriksi secara kuantitatif (hambatan perdagangan, seperti pengenaan tariff, kuota dan laranganlarangan lainnya).
2.        kesamaan perlakuan antara investasi asing dan investasi domestik sebagai insentif untuk menarik sebanyak mungkin investasi langsung.
3.        privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan penjualan saham ke sektor swasta.
4.        pasar harus lebih kompetitif melalui serangkaian kebijakan deregulasi dan menghilangkan hambatan atau restriksi bagi para pelaku ekonomi baru
5.        harus ada perlindungan terhadap property right, baik disektor formal maupun sektor informal ( Williamson, 1994: 26 -7); Burki dan Perry, 1998: 7; Lynn, 2003: 63-4) dalam A. Tony Prasetiantono, KOMPAS, Senin, 25 September 2006.

Sementara itu IMF sebagai lembaga internasional mendorong negara-negara berkembang untuk memelihara situasi makroekonomi tanpa inflasi tanpa melihat dampak yang dapat timbul terhadap kondisi ekonomi negara berkembang tersebut. Beberapa negara yang mengikuti ”perintah” IMF seperti Argentina yang kondisi makro ekonominya dinilai IMF cukup baik, ternyata mengalami tingkat pengangguran yang tinggi. Padahal Negara sedang berkembang boleh jadi dapat bertahan terhadap inflasi pada tingkat yang rendah dengan membatasi pengeluaran. Inflasi memang merugikan golongan berpendapatan tetap, tetapi sampai batas tertentu masih tetap dapat mendorong meningkatnya kesempatan kerja. (Stiglitz, 2003: 27).



 BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
Setelah masa surut campur tangan pemerintah di Eropa dan Amerika pada penghujung masa keemasan (masa 25 tahun sesudah Perang Dunia II), peran pemerintah kembali berjaya. pemerintah merupakan kunci keberhasilan pembangunan dibanyak negara berkembang. pemerintah yang baik adalah pemerintah yang mampu menampung aspirasi rakyat, kemudian memperosesnya menjadi kebijakan, melaksanakan dan mengendalikan serta mengevaluasi hasil akhirnya.
Peran pemerintah dalam pembangunan sangat penting, pertama dalam pengadaan dan pengaturan pemanfaatan barang-barang publik dan proyek proyek pionir ; Kedua, sebagai penjamin terselenggarakannya pembangunan sesuai dengan visi dan visi bangsa ; Ketiga, untuk menghindarkan terjadinya persaingan yang tidak sehat antara perusahaan yang besar dengan perusahaan kecil dan menengah.
Tiap negara mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing dalam hal pembangunan. Maka dari itu pemerintah harus memanfaatkan kekuatan dan harus siap mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada dalam pembangunan di negaranya.

B.       Saran
1.      Pemerintah merupakan kunci keberhasilan pembangunan dibanyak negara berkembang, maka dari itu pemerintah harus meningkatkan kualitas pelayanan dalam hal pembangunan. Agar negara dan rakyatnya bisa merasakan peran pemerintah itu sangat penting dalam pembangunan.
2.      Pemerintah harus bisa menghindarkan serta mengatasi bila timbul adanya persaingan yang tidak sehat antara perusahan yang besar dengan perusahaan kecil dan menengah yang akan berdampak kepada rasa kenyamanan masyarakatnya itu sendiri dalam hal pembangunan.
3.      Pemerintah harus mampu memanfaatkan keadaan di negaranya agar dapat mengatasi setiap kelemahan-kelemahan yang ada di negara itu sendiri yang berkaitan dalam hal pembangunan.




DAFTAR PUSTKA

Chang, Ha-Joon. 2003. Globalisation, Economic Development and the Role of The State. New York: Zet Books Ltd, TWN.
Dess, G. Gregory and A. Miller. 1993. Strategic Management. New York: McGraw-Hill.
Gillis, Malcolm, et. al. 1983. Economics Development. New York: W.W. Nprton & Coy.
Kaplan, Robert S. And D.P. Norton. 1996. Balanced Scoredcard, translating strategy in action. Boston, Massachusetta: Harvard Business School Press.
Kim, W.Chan and Renee Mauborgne. 2005. Blue Ocean Strategy, How to Creat Uncostested Market Space and Make the Competition Irrelevant. Boston-Massachusetts.
Syamsul Hadi. 2005. Strategi Pembangunan, Mahatir & Soeharto. Jakarta: Japan Foundation.

11 Januari 2016

Makalah Analisa Manajemen



TUGAS MATA KULIAH
ANALISA MANAJEMEN

Program Studi:
Ilmu Administrasi Negara

Di Susun Oleh :
1.        Agnia Rahmawati M.
2.        Ari
3.        Elka
4.        Ai Esti Ningrum
5.        Ineu Widiyaningsih
6.        Mela
7.        Nugraha Putra M
8.        Siti Fatimah M.F
9.        Susilawati
10.    Sugiana 
11.    Budi Rohmat





SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISIP)
PROGRAM STUDI : ILMU ADMINISTRASI NEGARA
TAHUN 2015



BAB I
PENDAHULUAN


1.        Latar Belakang
Ilmu manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Baik di sadari ataupun tidak disadari. Ilmu manajemen ilmiah timbul pada sekitar awal abad ke 20 di benua Eropa barat dan Amerika. Dimana di negara-negara tersebut sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri. Yaitu perubahan-perubahan dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan beragam sejenisnya.
Sekarang timbul suatu pertanyaan “siapa sajakah yang sebenarnya memakai manajemen “ apakah hanya digunakan di perusahaan saja atau apakah di pemerintahan saja. Manajemen diperlukan dalam segala bidang. Bentuk dan organisasi serta tipe kegiatan. Dimana orang-orang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.

2.        Rumusan Masalah
A.    Pentingnya Manajemen dalam Organisasi
B.     Defenisi Manajemen
C.     Prinsip – Prinsip Manajemen
D.    Fungsi – Fungsi Manajemen
E.     Ilmu dan Seni Manajemen

3.        Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Manajemen, selain itu dengan penyusunan makalah ini juga merupakan sebagai suatu cara untuk meningkatkan wawasan pemahaman penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya mengenai bagaimana seluk beluk manajemen itu sendiri .





 BAB II
PEMBAHASAN


1.        Pentingnya Manajemen dalam Organisasi

Pentingnya pengorganisasian menyebabkan timbulnya sebuah struktur organisasi, yang dianggap sebagai sebuah kerangka yang masih dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.Dengan kata lain, salah satu bagian “tugas pengorganisasian adalah mengharmoniskan kelompok orang yang berbeda, mempertemukan macam-macam kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan kesemuanya kesuatu arah tertentu.” Pendapat ini dikemukakan oleh (George K. Terry).
Sebenarnya yang dimaksud dalam tulisan diatas adalah perlu adanya tindakan-tindakan simultan unit individu atau yang terpisah yang secara bersama-bersama dapat menghasilkan suatu efek total yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah komponen-komponen individual. Jadi pengorganisasian merupakan sebuah kasus yang dapat menimbulkan efek yang sangat baik dalam upaya menggerakkan seluruh aktifitas dan potensi yang bisa diwadahi serta sebagai pengawasan manajerial.

Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Para Ahli :
Fungsi Manajemen menurut George R.Terry :
-            (Planning)
-            (Organizing)
-            (Actuating)
-            (Controlling)
Fungsi Manajemen menurut Luther Gulick :
-            (Planning)                         -  (Reporting)
-            (Organizing)                     -  (Controlling)
-            (Stafing)
-            (Directing)
-            (Coordinating)
Fungsi Manajemen menurut Ernest Dale :
-            (Planning)
-            (Organizing)
-            (Staffing)
-            (Directing)
-            (Innovating)
-            (Respecting)
-            (Controlling)

Manajemen pada prinsipnya bagaimana mengatur kegiatan agar berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan secara optimal sesuai dengan yang diinginkan. Tujuan yang diharapkan tersebut,akan berhasil dengan baik bilamana kemampuan manusia yang terbatas baik pengetahuan, teknologi, skill maupun waktu yang dimiliki itu dapat dikembangkan dengan membagi tugas pekerjaannya, wewenang, dan tanggung jawabnya kepada orang lain sehingga secara sinergis dan simbiosis mutualisme membentuk kerjasama yang baik maka tidak ada “manajemen”. Kalaupun ada adalah manajemen tradisional atau otoriter.
Manajemen dikatakan penting dalam menjalankan kegiatan organisasi, pada dasarnya :
1.        Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri sehingga diperlukan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya.
2.        Suatu organisasi akan berhasil guna dan berdaya guna.
3.        Manajemen yang baikm dapat meningkatkan kinerja dari semua potensi yang dimiliki.
4.        Manajemen yang baik akan menghindari dan mengurangi pemborosan.
5.        Manajemen merupakan suatu pedoman pemikiran dan tindakan kegiatan organisasi.
6.        Manajemen merupakan suatu pedoman pemikiran dan tindakan kegiatan organisasi.
7.        Manajemen yang baik selalu mengedepankan kerjasama, keharmonisasi, komunikasi yang kontruktif,  seimbang, searah saling menghormati, dan menghargai mencintai sebagai tujuan dapat dioptimalkan.
8.        Manajemen diperlukan untuk kemajuan, dan pertumbuhan juga perkembangan agar lebih baik lagi.

2.        Definisi Manajemen
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman.
Definisi  manajemen yg dikemukakan  oleh Daft (2003:4) sebagai berikut: “Management is the attainment of organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”. Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dgn cara yg efektif dan efisien lewat perencanaan pengorganisasian pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Plunket dkk.(2005:5) mendefinisikan manajemen sebagai “One or more managers individually and collectively setting and achieving goals by exercising related functions (planning organizing staffing leading and controlling) and coordinating various resources (information materials money and people)”. Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan satu atau lbh manajer yg secara individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dgn melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorgnisasian penyusunan staf pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi material uang dan orang).
Manajer sendiri menurut Plunket dkk.(2005:5) merupakan people who are allocate and oversee the use of resources jadi merupakan orang yg mengatur dan mengawasi penggunaan sumber daya.
Lewis dkk.(2004:5) mendefinisikan manajemen sebagai: “the process of administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of the organization.” Pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti bahwa manajemen merupakan proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha utk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Mary Parker Follet yg dikutip oleh Handoko (2000:8) manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain utk melaksanakan berbagai tugas yg mungkin diperlukan.
Menurut  G.R Terry manajemen sebagai suatu proses yang khas yang terdiri atas tindakan – tindakan perencanaan,pengorganisasian,dan pengendalian yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang sudah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi lainnya .
Menurut A.F.Stoner manajemen adalah seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang-orang .
S.P.Hasibuan mengungkapkan manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu .
  
3.        Prinsip – Prinsip Manajemen

      a.    Pembagian Kerja (Division of Labour)
Pembagian kerja dalam suatu badan sangat diperlukan untuk membedakan seseorang dalam suatu perusahaan, apakah ia pemimpin, pelaksana, staf dan lain sebagainya. Baik buruknya pembagian kerja banyak menentukan berhasil guna dan berdaya guna.

      b.      Kekuasaan (wewenang) dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility)
Setiap pejabat/pimpinan dalam suatu badan tertentu harus mempunyai kekuasaan dan tanggung jawab. Kekuasaan, wewenang (authority) adalah hak untuk mengambil keputusan sehubungan tugas dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dikerjakannya.

      c.       Disiplin (Discipline)
Disiplin merupakan sesuatu yang menjadi dasar bagi kekuatan suatu badan atau perusahaan. Setiap pihak yang terlibat dalam suatu badan harus ada kedisiplinan untuk melakukan suatu pekerjaan, menaati peraturan yang dibuat oleh badan tersebut. Pimpinan harus dapat memberi teladan kepada bawahan dengan jalan memenuhi peraturan dan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

      d.      Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Untuk memperlancar pencapaian tujuan, perlu adanya kesatuan perintah dari atasan kepada bawahan atau seorang pegawai menerima perintah dari seorang atasannya.

      e.       Kesatuan Arah (Unity of Direction)
Dengan prinsip kesatuan arah dimaksudkan seorang kepala dan pegawainya tidak boleh bertentangan antara satu sama lain dalam mencapai suatu tujuan secara keseluruhan.

       f.       Kepentingan Individu Harus Berada di Bawah Kepentingan Umum (Subordinate of Individual Interest to General Interest)
Prinsip ini dimaksudkan bahwa kepentingan umum atau perusahaan secara keseluruhan harus berada di atas kepentingan pribadi.

      g.      Pembayaran Upah yang Adil (Remuneration of Personal)
Dalam pemberian upah kepada pegawai harus adil atau tidak berat sebelah, ada dasar-dasar objektif dalam menetapkan upah masing-masing pegawai. 
      h.      Pemusatan (Centralization)
Suatu wewenang dapat dipusatkan dan dapat didelegasikan kepada pejabat-pejabat tertentu untuk memperlancar jalannya suatu perusahaan.

      i.        Rantai Skalar atau Scalar Chain (Line of Authority)
Dengan prinsip ini dimaksudkan bahwa garis wewenang dalam suatu organisasi haruslah jelas.

      j.        Tata Tertib (Order)
Dalam melakukan suatu usaha harus ada ketertiban baik secara material maupun orang-orang, sehingga ada aturan yang harus dijalankan.

      k.      Keadilan (Equity)
Agar setiap bawahan setia kepada atasannya, maka masingmasing atasan harus mempraktikkan keadilan yakni memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya.

l.        Stabilitas Pegawai (Stability of Tenure of Personal)
Keberadaan pegawai harus dijaga kestabilannya, jangan terlalu sering pergantian pegawai, baik karena pemindahan atau pemecatan. Ketidakstabilan pegawai akan menimbulkan pertambahan biaya, baik merekrut, melatih dan juga untuk pengawasan.

      m.    Inisiatif (Initiative)
Setiap orang atau pegawai diberi kesempatan untuk mengungkapkan atau menjalankan inisiatif, baik mengenai cara kerja, prosedur kerja atau menjalankan rencana baru dalam pekerjaannya.

      n.      Jiwa Kesatuan (Esprits de Corps)
Pada diri setiap pegawai atau manajer perlu ditanamkan jiwa kesatuan atau kesetiaan pada kelompok, sehingga dapat bekerja sama pada sejumlah orang untuk mencapai tujuan bersama.

4.        Fungsi manajemen 
Dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di dalamnya. Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal.

Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi manajemen  :
a)        Fungsi Perencanaan / Planning
Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.
b)        Fungsi Pengorganisasian / Organizing
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
c)        Fungsi Pengarahan / Directing / Leading
Fungsi pengarahan adalah suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya.
d)        Fungsi Pengendalian / Controling
Fungsi pengendalian adalah suatu aktivitas menilai kinerja berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan atau perbaikan jika diperlukan.

5.        Ilmu dan Seni Manajemen
Suatu bidang pengetahuan yang baru berkembang sering dipertanyakan apakah bidang pengetahuan tersebut sebagai ilmu (science), seni (art), dan dapatkah dikategorikan sebagai profesi (professions)? Terhadap manajemen sebagai satu bidang pengetahuan yag baru berkembang juga dipertanyakan hal yang sama.Pertanyaan yang sering muncul apakah manajemen adalah satu ilmu atau suatu seni, apakah teori ada, dan mengapa mazhab atau pendekatan kepada teori dan pengetahuan manajemen.

A.       Manajemen sebagai Seni
Manajemen sebagai praktik diakui sebagai suatu seni.Bitel dan Bitel berpendapat: ”Managing,like all other practices,is an art. It is know-how. It is doing things in the light of the realities of a situation.” Seni adalah pengetahuan cara mengerjakan untuk mencapai suatu hasil yang konkrit dan diinginkan.Seni adalah keterampilan yang dikuasai dengan latihan sesuai sifat-sifat kepribadian orang bersangkutan; bakat pribadi (persoal aptitude) atau keterampilan (skill).Cara meningkatkan seni manajemen sama dengan cara meningkatkan seni yang lain yaitu melalui pelatihan dan pengalaman dan akan lebih baik lagi jika memiliki bakat karena pembawaan kodrati.Manajer harus memiliki seni bermanajemen (the art of managing) yang tidak lain merupakan bakat pribadi atau keterampilan untuk mengerjakan tugas.Menurut John A. Pearce dan Richard B. Robinson:
In that art requires a personal aptitude or skill, managers who must make organizational decisions about how best to position their resources in certain future markets are surely involved in an artistic process… Understanding subordinates in order to create an appropriately motivating environment in which they are likely to achieve organizational is certainly an art.
Seni adalah usaha manusiawi yang paling kreatif. Jika kerjasama yang terorganisasi secara efisien dan efektif dihargai dan dianggap penting, maka bermanajemen merupakan seni yang paling penting dari semua seni.Tingkat seni yang dimiliki seseorang memungkinkan orang tersebut menunjukkan penampilan yang khas dibandingkan dengan orang lain yang tidak memiliki seni.Bahkan tujuan organisasi realtif dapat dicapai secara efektif dan efisien apabila manajer memiliki keterampilan manajerial (managerial skill).Dalam hal ini keterampilan berhubungan dengan bagaimana mengerjakan.Menurut George R. Terry:
An important source of good management is management art-the imagination to create practical visions and to make them evident with a high degree of craft.Management is one of the most creative of all arts.It is the art of arts because it is the organiszer and utilizer of human talent.
Harus disadari,bahwa manajer yang mencoba melaksanakan manajemen tanpa teori dan tanpa pengetahuan yang membentuk teori itu harus percaya kepada keberuntungan,naluri atau kebiasaan masa lalu.Tetapi dengan pengetahuan yang terorganisir dan metode ilmiah,manajer memiliki kesempatan yang jauh lebih baik untuk suatu pemecahan masalah manajemen yang baik dan dapat dilaksanakan.Tetapi juga hanya pengetahuan tentang prinsip atau teori (ilmu) tidak akan menjamin praktik berhasil,sebab orang harus tahu bagaimana memakainya(seni atau keterampilan).Karena tidak ada ilmu dimana segala-galanya diketahui dan semua hubungan telah dibuktikan,maka ilmu tak dapat menjadi alat komprehensif dari irang yang melakukan seni itu.Jadi manajemen baik seni dan ilmu.Seperti Bittel dan Bittel menulis:
            Managing,like all other practices,is an art. It is know-how. It is doing things in the light of the realities of a situation.But the practice of managing must make use of underlying organized knowledge; and it is this knowledge,whether crude or advanced,whether exact or inexact, which,to the extent it is well organized,clear,and pertinent,constututes a science.Thus, managing as practices is art;the organized knowledge underlying it may be referred to as sicence. Consequently,science and art are not mutually exclusive;they are complimentary.

B.       Manajemen sebagai Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan yang diorganisasi.Karakteristik esensial dari setiap ilmu adalah bahwa pengetahua yang disistematisir melalui penerapan metode ilmiah,Pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dapat dikategoikan sebagai ilmu.Pengetahuan yang telah disistematisir tersebut dapat digunakan untuk mendeskripsikan,menjelaskan dan memprediksi fenomena empiris.Jika manajemen semata-mata diartikan sebagai seni,maka akan sulit untuk menyusun pengetahuan manajemen secara sistematis dan akan sukar mengajarkannya kepada orang lain dan menjelaskan fenomena manajerial dengan menggunakan metode ilmiah.Manajemen mengandung aspek-aspek tertentu yang mempunyai kekuatan orientasi ilmiah.Manajemen dapat disebut sebagai ilmu karena ia manggunakan metode ilmiah dan teori dalam menjelaskan fenomena manajerial. Dalam lapangan manajemen,peranan dari teori adalah memberikan satu sarana tentang pengklasifikasian pengetahuan manajemen signifikan dan bersangkutpaut.
Legitimasi manajemen sebagai ilmu (science) atau badan pengetahuan (body of knowledge) baru berkembang pada awal abad 20,yang dirintis oleh Fredrick Winslow Taylor dan Henry Fayol.Taylor,misalnya,dalam buku Manajemen Ilmiah (Scientific Management) menyusun gagasan untuk meningkatkan produktivitas kerja dengan menerapkan metode-metode ilmiah.Luther Gullick sebagai konributor dan pelopor pendekatan proses manajemen juga mengakui manajemen sebagai bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha untuk memahami mengapa dan bagaimana orang-orang bekerjasama untuk mencapai sasaran dan menjadikan sistem kerjasama ini lebih berguna bagi kemanusiaan.Menurut Gullick,manajemen memenuhi syarat sebagai bidang pengetahuan atau ilmu karena manajemen telah dipelajari beberapa waktu dan disusun menjadi serangkaian teori walaupun teori tersebut masih terlalu umum dan subjektif.Gullick yakin,bahwa bidang manajemen akan benar-benar menjadi suatu ilmu kalau teori mampu menuntun manajer untuk menentukan apa yang harus mereka lakukan dalam situasi tertentu dan memungkinkan mereka dapat meramalkan akibat dari tindakan-tindakannya.
Sebagai ilmu,oleh karena itu,manajemen merupakan suatu badan pengetahuan yang dapat dipelajari dan diajarkan (a teachable body of knowledge) dan bahkan telah diinstitusionalisasikan menjadi disiplin akademik dalam pendidikan formla disekolah,institut atau universitas.Juga telah menjadi materi yang diberikan dilembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan manajemen.Dengan demikian,pengetahuan manajemen atau penguasaan ilmu manajemen dapat ditingkatkan melalui penelusuran buku-buku manajemen (yang didalamnya terdapat teori,metode,dan pendekatan) dan pendidikan formal termasuk observasi empiris tentang fenomena kerjasama organisasional.
Para pelaku manajemen atau manajer yang mencoba menerapkan manajemen tanpa teori dan tanpa pengetahuan yang dibentuk oleh teori itu,harus percaya kepada keberuntungan,naluri atau apa yang telah mereka lakukan dimasa lalu.Sebaliknya,dengan pengetahuan manajemen yang terorganisir,mereka mempunyai kesempatan yang jauh lebih baik untuk memecahkan suatu masalah manajemen dengan baik dan dapat dilaksanakan.Jadi,manajemen mempergunakan pengetahuan yang terorganisir ialah ilmu dan metode ilmiah dan menerapkannya dalam realitas untuk mencapai hasil yang maksimum.Oleh karena itu Bittel dan Bittel menulis:
But such management knowledge as is available can certainly be used to improve managerial practice. Physicans without the advantage of science would be little more than witch doctors. Executive who attempt to manage without such management science as is available today must trust to luck,intuition,or what they did in the past.
Dengan berkembangnya manajemen sebagai ilmu melalui pengembangan berbagai teori dan teknologi manajemen bukan berarti mengurangi bahkan menghilangkan seni manajemen (art of management). Manajemen sebagai ilmu dan manajemen sebagai seni bukannya saling bertentangan,melainkan saling melengkapi.Oleh karena itu semakin berkembang manajemen sebagai ilmu,seharusnya seni manajemen juga demikian.Keduanya mesti ditingkatkan bersama-sama sehingga pengembangan kemampuan bermanajemen didasarkan pada ilmu yang artistik (artistic science) atau penerapan ilmu yang dilandasi oleh seni,dan seni yang ilmiah (scientific art) atau penerapan seni yang berdasarkan ilmu.Seni manajemen yang paling produktif selalu berdasarkan pengertian mengenai ilmu manajemen dan ilmu-ilmu lain yang mendasarinya; sebaliknya ilmu manajemen yang paling produktif selalu berdasarkan pengertian dan penerapan tentang seni manajemen.Kombinasi antara seni dan ilmu manajemen tidak menunjukkan suatu proporsi yang tetap,melainkan dalam proporsi yang bervariasi.Artinya,adakalanya seni lebih dominan dari ilmu atau sebaliknya,tergantung pada situasi dan masalah yang dihadapi dalam praktik manajerial.
Karena manajemen merupakan kombinasi dari seni dan ilmu,maka untuk menjadi manajer efektif,harus memiliki seni atau keterampilan manajemen dan ilmu atau pengetahuan tentang manajemen.Umumnya manajer efektif cenderung menggunakan pendekatan ilmiah dalam strategi formulasi,sedangkan dalam strategi implementasi dan evaluasi,bagaimanapun,manajer harus juga menggunakan seni manajemen.Manajemen hanya mungkin dapat dilaksanakan secara benar jika manajer memiliki ilmu sebagai landasan untuk bertindak secara intuitif.Dengan demikian,knowledge (science) without skill (art) is useless,skill (art) without knowledge (science) means stagnation,managing without common sense is often wrong.Jadi,kunci untuk manajemen yang sukses adalah kemampuan memadukan secara bersama-sama antara ilmu atau pengetahuan,seni atau keterampilan,dan pikiran sehat kedalam apa yang disebut kerangka kerja yang dapat dikerjakan (workable frame work).


  
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pentingnya pengorganisasian menyebabkan timbulnya sebuah struktur organisasi, yang dianggap sebagai sebuah kerangka yang masih dapat menggabungkan usaha-usaha mereka dengan baik.Dengan kata lain, salah satu bagian “tugas pengorganisasian adalah mengharmoniskan kelompok orang yang berbeda, mempertemukan macam-macam kepentingan dan memanfaatkan kemampuan-kemampuan kesemuanya kesuatu arah tertentu.” Pendapat ini dikemukakan oleh (George K. Terry).
Prinsip-prinsip manajemen yaitu pembagian kerja,kekuasaan dan tanggung jawab,disiplin,kesatuan perintah,kesatuan arah,kepentingan individu harus berada di bawah kepentingan,pembayaran upah yang adil,pemusatan,rantai skalar,tata tertib,keadilan,stabilitas pegawai,inisiatif,dan jiwa kesatuan
Fungsi manajemen antara lain planning, organizing, actuating, directing/leading, controling .Manajemen merupakan sebuah ilmu dan juga sebagai seni.

B.       Saran
Dengan telah dibahasnya konsep dasar manajemen seperti yang telah diuraikan diatas, maka hendaklah kita dapat menerapkannya dalam kehidupan kerja dan sehari – hari .


 
  DAFTAR PUSTAKA

Terry , George R . 2009 . Prinsip – Prinsip Manajemen . Jakarta : Bumi Aksara .
Siswanto . 2005 . Pengantar Manajemen . Jakarta : Bumi Aksara .
Firmansyah , dkk . 2010 . Economics 3 . Bandung : Grafindo Media Pratama .